Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, penghargaan tersebut diberikan sebagai apresiasi kepada kampung - kampung yang berhasil membantu mengentaskan kemiskinan melalui donasi sukarela dari warga sekitar.
"Alhamdulilah hari ini saya bisa melihat 31 RW di Kota Surabaya bisa mewujudkan Kampung Madani dan Kampung Pancasila. Kampung - kampung ini bisa memberikan bantuan untuk warga yang kurang mampu dengan menerepkan jimpitan, entah itu berupa beras atau barang lainnya. Gotong royong inilah yang ingin saya wujudkan di Kota Surabaya," ujar Wali Kota Eri.
Menurutnya dalam setiap kampung, tentunya ada warga yang sejahtera dan pra sejahtera. Sehingga bagaimana warga yang sudah sejahtera bergotong royong membantu mereka yang masih kekurangan.
"Saya berbicara kepada setiap lurah, camat bahkan ketua RW untuk mendatangi dan berembuk dengan warganya, siapa yang mau menyumbang dan tidak. Sumbangan - sumbangan sukarela itu untuk diberikan kepada warga kampung yang belum sejahtera," terang Wali Kota Eri.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu berharap bahwa adanya Kampung Madani dan Kampung Pancasila ini, bisa mengentaskan kemiskinan di Kota Pahlawan dengan cara gotong royong disamping intervensi yang diberikan oleh Pemkot Surabaya.
"Dengan gotong royong dan guyub seperti ini, diharapkan kedepannya kemiskinan akan semakin mengecil dan hilang di Kota Surabaya," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya Eddy Christijanto menjelaskan, ada empat indikator yang diterapkan untuk membentuk Kampung Madani dan Kampung Pancasila. Pertama adalah kesehatan dan sosial budaya.
"Indikator pertama ini mencakup angka stunting, gizi buruk dan ibu hamil yang memiliki resiko tinggi. Rata - rata Kampung Madani dan Pancasila sudah zero kasus, artinya tidak ada lagi kasus stunting atau gizi buruk di kampung tersebut," kata Eddy.
Kedua adalah faktor kemasyarakatan dalam kampung tersebut. Bagaimana keguyupan dan kepedulian warga untuk menolong sesama lewat donasi atau jimpitan yang dilakukan secara sukarela.
"Lalu siapa yang dibantu juga menjadi faktor penilaian, apakah Lansia, anak yatim piatu hingga anak terlantar di wilayah tersebut sudah tertangani atau belum," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya Eddy Christijanto menjelaskan, ada empat indikator yang diterapkan untuk membentuk Kampung Madani dan Kampung Pancasila. Pertama adalah kesehatan dan sosial budaya.
"Indikator pertama ini mencakup angka stunting, gizi buruk dan ibu hamil yang memiliki resiko tinggi. Rata - rata Kampung Madani dan Pancasila sudah zero kasus, artinya tidak ada lagi kasus stunting atau gizi buruk di kampung tersebut," kata Eddy.
Kedua adalah faktor kemasyarakatan dalam kampung tersebut. Bagaimana keguyupan dan kepedulian warga untuk menolong sesama lewat donasi atau jimpitan yang dilakukan secara sukarela.
"Lalu siapa yang dibantu juga menjadi faktor penilaian, apakah Lansia, anak yatim piatu hingga anak terlantar di wilayah tersebut sudah tertangani atau belum," paparnya.
ke kampung lainnya. Lurah dan camat akan melakukan controling setiap bulannya," tandasnya.
Di tempat yang sama, salah satu penerima penghargaan Kampung Pancasila Ketua RW 7, Kelurahan Jambangan, Amir mengapresiasi penghargaan yang diberikan Pemkot Surabaya. Menurutnya, penghargaan tersebut bisa memotivasi warga untuk terus bergerak membantu sesama yang membutuhkan.
"Atas bimbingan banyak pihak, termasuk lurah dan camat. Setiap minggunya kampung saya bisa mengagas gerakan sembako gratis (GGS) untuk warga dari kampung tetangga. Alhamdulilah warga Jambangan menjadi makmur, aman dan tentram dengan program tersebut," pungkas Amir.
Editor : Red
COMMENTS